Minggu, 16 Maret 2008

BINTANG KEJORA ; BUKAN LAMBANG KULTUR PAPUA

BINTANG KEJORA
BUKAN LAMBANG KULTUR PAPUA


Bintang Kejora bukanlah lambang kultur masyarakat adat di tanah Papua - wilayah paling timur dari Negara Kesatuan Republik Indonesia karena setiap suku dan kelompok adat di Papua memiliki lambangnya masing-masing.
Hal itu disampaikan salah seorang tokoh masyarakat Papua sekaligus deklarator Paguyuban Pejuang Pembebasan Irian Barat, Ramses Ohe di Jayapura, Minggu menanggapi sikap sekelompok mahasiswa di Manokwari, Papua Barat.
Bintang Kejora, lanjutnya oleh sekelompok orang tertentu dijadikan sebagai lambang separatisme sehingga bintang kejora itu sendiri berdasarkan amanat PP Nomor 77 tahun 2007 tidak dapat dijadikan lambang daerah Papua.
Ramses berpendapat, apabila para mahasiswa di Manokwari yang tergabung dalam BEM itu meminta pemerintah agar mencabut PP nomor 77 tahun 2007 maka itu berarti mereka ingin menjadikan bintang kejora sebagai lambang daerah yang nantinya berujung pada tindakan memisahkan Papua dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jika hal itu terjadi maka akan muncul konflik horizontal antarwarga masyarakat Papua sendiri. Hal seperti ini justru tidak kita inginkan bersama.
(Papua Pos, 17 Maret 2008)
OPINI :
Pendapat yang disampaikan Bapak Ohe benar, bahwa setiap suku di tanah Papua memiliki lambangnya masing-masing.
Saat ini yang dibutuhkan masyarakat Papua adalah kedamaian dan kesejahteraan. Jangan terus menerus kita hanya meributkan masalah lambang daerah. Mari mulai saat ini kita fokuskan segenap tenaga dan sumber daya yang kita miliki untuk membangun masyarakat Papua di berbagai bidang, terutama yang mendesak adalah perbaikan kualitas dan sarana pendidikan dan kesehatan yang merupakan kebutuhan dasar, agar generasi muda Papua dapat melangkah maju

Tidak ada komentar: